Kamis, 25 Februari 2010

life never boring

Pilihan selalu ada dalam kehidupan, semua itu harus dipilih karena seperti saat kita berjalan, tidak akan mungkin kita dapat berjalan di atas dua jembatan sekaligus. Hal ini juga yang terjadi pada Kevin, anak seorang pengusaha kaya raya dan Riko, anak pedagang sayur di pasar Sukaraya. Kejadian itu berawal saat Riko mencari kerjaan part time. Di sebuah café Blackheart yang lumayan terkenal di kawasan menteng. Café ini adalah milik wirausahawati, Syna, dia mahasiswi di PTN Jakarta dan baru semester 5, dan umurnya masih sangat belia yaitu 20 tahun. Sungguh menjadi idaman para cowok yang tergolong ingin punyai cewek cantik sekaligus cerdas. Saat tes wawancara, Riko bertemu dengan Syna yang saat itu menggunakan kemeja warna pink dipadu dengan syal putih yang sangat indah dipandang mata. Pertemuan itu, sempat membuat Riko kehilangan segala memori yang ada di benaknya hingga ia tak berkata-kata setelah masuk ruangan Syna.
“Benar kata orang, kalo cewek itu bikin gila. Buktinya, aku bisa bleng sejenak padahal aku sama sekali belum mengenalnya. Bahkan dia adalah calon bosku.”pikir Riko. Namun, sebuah suara menghentikan pikirannya itu. “Selamat datang saudara Riko, sudah siapkah anda menjalani tes wawancara ini?”suara yang lembut namun begitu membuat Riko sedikit kaget. “ee,,iya, saya sudah siap.”jawab Riko dengan sedikit terbata diawalnya. Mungkin itu karena dia grogi harus berahapan dengan calon bos yang ternyata, umurnya lebih muda 2 tahun dari dia. Setelah itu, tes wawancara dimulai. Dan ternyata, seluruh pertanyaan Syna terjawab dengan baik dan Riko dapat menghilangkan groginya walau dia tidak bisa menepis kekagumannya. Hasil dari tes ini sangat membuat Riko gembira karena ia diterima dan besuk dia sudah mulai kerja. Pertemuan itupun menjadi mimpi indahnya di malam hari saat ia tidur.
***
Hari pertama kerja ini, benar-benar dipersiapkan total oleh Riko karena dia merasa sangat bersyukur, di saat dia membutuhkan uang untuk menyelesaikan skripsinya, dia mendapat kerja yang gajinya sangat lumayan dan dengan bos yang sangat baik sekaligus cantik. “Bagai mendapat durian runtuh namun tanpa durinya, jadikan gak sakit.hehehe”pikir Riko saat bercermin hendak berangkat ke café sore itu. Lalu dia bergegas menuju halte dan naik bis jurusan Menteng dengan sedikit was-was karena dia tidak ingin terlambat sampai di café. Biasalah, Jakarta selalu menjadi langganan macet dan banjir. Apalagi saat ia hendak berangkat, langit seperti hendak memuntahkan air yang telah ia simpan. “Ya Tuhan, jangan samapai hambamu ini terjebak macet.”mohon Riko sambil celingak-celinguk di dalam bis untuk memastikan bis itu sudah sampai daerah mana. Akhirnya, setelah 20 menit dia di dalam bis, sampai juga di depan café dan iapun bergegas lari ke dalam karena dia juga harus ganti baju dan lapor tentang kehadirannya hari itu. “Gubrak!” suara itu membuat Riko terhenyak karena ternyata dia menabrak seorang laki-laki yang sedang mengankat piringnya. Saking paniknya, dia tidak melihat kalau ada orang di depannya. Dan hasilnya, dimarahi habis-habisan oleh costumer itu, dan ternyata, hal inipun sampai melibatkan Syna. “Maaf pak, pegawai saya ini masih baru dan belum tau tentang apapun di café ini, jadi mohon bapak bisa memaafkannya.”ucap Syna dengan lembut dan disertai dengan senyum manis yang membuat Kevin terbang dan mau memaafkan Riko. “Ya sudah, besuk lagi hati-hati. Dan biar piring ini saya yang ganti.”jawab Kevin dengan sikap sombongnya.
Setelah masalah dan negosiasi tu selesai, Syna kembali ke ruangannya. “Masalah satu sudah selesai, sekarang giliran mengerjakan tugas kuliah yang tertunda.”Pikir Syna. Syna kembali berkutik dengan laptopnya. Namun tiba-tiba, terdengar ketukan pintu. “tok…tok..tok.”
“Ya, silahkan masuk.”jawab Syna. “Maaf bu, ada kiriman bunga buat ibu.”ucap sekertarisnya itu. “Ya, taruh di meja itu saja.”jwab Syna yang tetap memusatkan perhatiannya pada tugasnya. “Baik mbak.”ucap sekretarisnya sambil menaruh bucket bunnga mawar dengan hiasan pita hijau muda di meja lalu keluar.
Syna sam sekali tidak memperdulikan bucket bunga di meja itu. Sampai dia selesai mengerjakan tugasnya. Dia melihat bung mawar itu, sungguh cantik dan di dalamnya ad pesan. “selamat bekerja cantik…..”isi pesan itu. “dari siapa bunga ini ya, sepertinya aku tidak mempunyai teman spesial.”pikir Syna. Setelah melihat –lihat bunga itu, Syna keluar dari ruangannya hendak melihat perkembangan cafenya. Namun saat hendak membuka pintu, tiba-tiba kepalanya pusing dan dia tak sadarkan diri.
***
Saat terbangun, Syna telah berada di RS Sejati, dan ternyata di sebelahnya ada seseorang yang tak asing lagi. Seseorang yang membuatnya mengerti akan perjuangan hidup. Riko, anak buahnya dan sekaligus seseorang yang memberikan pelajaran hidup. Mungkin Riko tidak tau bahwa Syna adalah Syna Putri, teman SMPnya yang pernah ditolaknya. Maka dari itu, Syna tidak mau kalau Riko tau tentang sejarah yang telah dikuburnya itu. “Maaf bu, saya tadi disuruh sama sekertaris ibu untuk menjaga ibu di sini sampai ibu sadar atau orang tua ibu datang ke sini. Maaf kalo saya lancang.”ucap Riko dengan muka sedikit lebay. Hal itu membuat Syna sempat ketawa kecil. “Oh Tuhan, jangan sampai dia tau aku sebenarnya.”pikir Syna. “Gak papa, justru karena kamu masih ada di sini sangat membantuku. Oh ya, kenapa aku ada di sini?”tanya Syna. “Ibu tadi pingsan dan kata doktor, ibu harus banyak istirahat, ibu dapat pulang nanti sore dan satu lagi pesan dokter, untuk mengetahui hasil pemeriksaan, ibu atau keluarga dapat menemui dokter langsung.”jelas Riko. “Iya, makasih ya…jangan panggil aku ibu. Panggil Syna saja kalo tidak di café.”ucap Syna. Dan hanya dijawab dengan anggukan kepala Riko.
Semenjak itu, di ruang inap Syna hening dan hanya detak jantung yang menandakan keduanya grogi dan canggung untuk mengobrol. Sampai orangtua Syna datang dan Riko pamit untuk kembali ke café. Dalam perjalanan ke café, Riko hanya tersenyum-senyum mengingat wajah Syna saat masih belum sadar. “Dia sungguh cantik dan pintar. Seandainya saja, aku diberi kesempatan menjadi seseorang yang spesial buatnya. Pasti aku kan jadi orang yang sungguh beruntung.”pikir Riko dalam hati dia menyimpan rasa yang sangat spesial buat Syna.
***
Di rumah megah senilai 2 milyar dengan taman bunga yang indah dan kolam renang yang super luas, seorang cowok tampan dengan kaos yang bermerk dipadu dengan celana jeans, duduk di dekat kolam renang sambil memikirkan pertemuan manisnya dengan wanita yang selama ini ia cari, cewek cantik dan pintar juga berada. “Syna,syna,syna, cewek itu membuat diriku gila bahkan baru kali ini aku benar-benar merasakan indahnya dunia ini karenanya.”pikir kevin yang memang menginginkan seorang cewek buat gandengannya saat pergi ke pesta. Dia berpikir, pasti menjadi cowok yang beruntung jika dia mendapatkan Syna karena selain Syna adalah perfect lady.
Syan telah menjadi ratu di hati kedua cowok itu, namun di pikiran Syna hanyalah kekecewaan. Masih dia ingat ketika Riko menolaknya dan memilih orang lain dan bahkan orang itu adalah temannya sendiri. Dalam buku diarynya, dia sudah menuliskan berjuta kata untuk tragedi itu. Dalam pikiran Syna hanyalah sebuah rangakaian kata “Mengerti seseorang tak semudah mengenalnya. Pernah kucoba untuk mengerti tentang seseorang yang memang istimewa buatku tapi kenyataan yang ku terima berbeda, dia tak mengizinkannya. Dia memilih orang lain untuk mengerti dan lebih mengerti tantang dirinya. Hal itu membuat diriku merasa tak berguna hidup di dunia ini. Bahkan jika hambaMu diperbolehkan mengakhiri ceritaku di dunia ini dengan ending kematianku, aku akan menjalani itu. Sebegitu teganya dia mengizinkanku mengenalnya tapi tak memberiku kesempatan mengertinya.”suatu sajak yang selalu mengingatkanku pada kenangan pahit itu, kenangan bersama Riko.
***
Pagi yang indah, semburat warna orange di ufuk timur, menghangatkan para penghuni bumi dengan setia. Suasana itu seindah suasana hati kedua cowok, Riko dan Kevin. Sedang tak begitu dengan Syna yang harus menutupi perasaan malunya jika Riko ingat kejadian SMP dulu. Syna telah bersiap-siap untuk menjalani aktivitasnya hari ini, saat dia membuka pintu, ternyata tergeletak bucket bunga sama persis dengan bucket bunga yang ada di kantornya kemarin. “Siapakah pengirim bucket bunga mawar ini?di dalam bucket ini, tertulis nama Kevin, siapa kevin, rasanya aku tak pernah mempunyai teman bernama kevin.”pikir Syna. Lalu dia melanjutkan rencananya hari ini untuk pergi ke kampus.
Sesampainya di kampus, Hp Syna berdering, nomor yang menghubunginyapun tidak ada di phonebook. Segera Syna mengangkat telfon itu. “Halo, maaf ini siapa ya?”tanya Syna. “Saya Kevin, maaf aku mengganggu aktivitasmu, bisa ketemu kamu hari ini, di cafemu.”jelas Kevin. “Bisa, kamu itu yang mengirim bucket-bucket bunga mawar untukku?”tanya Syna. Namun belum ada jawaban dari Kevin, sudah terputus telfon itu.
***
Sorenya, di café blackheart, Syna harap-harap cemas menunggu kedatangan Kevin, cowok misterius yang romantis. Mata Syna berhenti pada sesosok pria dengan bucket bunga yang tidak asing lagi untuk matanya. “Apakah itu pria yang kucari?”pikir Syna. Tiba-tiba, HP Syna kembali berdering, panggilan dari nomor Kevin. “Halo.”sapa Syna dengan lembut. “Aku sudah sampai di cafemu, aku mohon kamu datang ke meja nomor 7.”ucap kevin lalu mematikan Hpnya.
Syna bergegas menuju ke meja nomor 7, disana dia menemukan cowok yang ternyata salah satu langganan café ini, dan untuk pertama kali bertemu saat tragedi saat riko bekerja di café itu untuk pertama kalinya. Ya, semua itu masih ada dalam ingatan Syna. “maaf telah mengganggu anda, saya kesini hanya ingin menjelaskan tentang apa yang menjadi pertanyaan anda selama ini.”ucap Kevin. “Sejak pertemuan kita pertama kali, saya merasa sangat kagum dengan anda, dan kekaguman saya saat ini telah berubah menjadi cinta yang ingin sekali menjadikanmu ratu dalam istanaku dan menjadi mihrim bagiku.”jelas Kevin. “Meski aku hanya seorang mualaf, tapi setidaknya aku tak ingin menodai cinta ini dengan nafsu yang hanya ingin menikmatimu untuk kesenangan semata.”lanjut Kevin yang membuat hati Syna berdegub kencang karena belum pernah ada seorang laki-laki yang dengan langsung memintanya menjadi istri. “Oh my God, bahkan aku yang Islam dari lahir tak seteguh iman hambaMu ini.”pikir Syna. “Beri aku waktu untuk menjawab semua ini. Minggu depan akan ku jawab, namun selama seminggu itu, jangan kirimi aku bucket-bucket bunga atau apapun.”jelas Syna.
“Baik kalau begitu, saya permisi dulu. Dan saya akan kembali pada jam dan tempat yang sama minggu depan untuk mendengar jawabanmu.”jelas Kevin dan ia langsung pergi meninggalkan Syna yang masih dalam kebingungan. Dalam kebingungannya, dia melihat sesosok pria yang pernah ada di hatinya. “Aku harus jujur dengan Riko tentang siapa aku. Setidaknya itu akan mengurangi pikiranku dan dapat berfikir tentang jawaban untuk Kevin.”pikir Syna. “Riko!”teriak Syna. “Iya bu, ada yang bisa saya bantu?”tanya Riko yang sedikit gugup karena tak pernah dia mendengar Syna memanggil namanya. “Kamu bisa duduk sebentar dan mendengar cerita saya?”tanya Syna. “Bisa, bisa bu.”jawab Riko yang makin heran dengan tingkah Syna.
“Ok, gini, ini tentang seorang cewek yang mencintai seorang cowok. Tepatnya 9 tahun yang lalu di SMP Pelita. Namun cowok itu tidak memilih cewek lain. Saat itu, sang cewek yang patah hati menyalurkan kekecewaannya dengan membuat segala macam makanan dan kini dia tergolong sukses karena kepatah hatiannya. Maka dari itu, sang cewek hendak mengucapkan terima kasih kepada sang cowok karena jika tidak ada patah hati itu, mungkin saat ini, dia tidak sesukses ini.”jelas Syna yang membuat Riko makin bingung. “Maaf bu, SMP Pelita? Dan 9 tahun dari sekarang? Itu berarti masih deket dengan angkatanku. Karena saat itu, saya kelas 3.”ucap Riko yang penasaran dengan cerita Syna.
“Betul sekali, cewek itu bernama Syna Putri, dan cowok itu adalah Riko Aryanto.”jawab Syna. Jawaban itu membuat Riko serba salah. Berarti Syna yang selama ini dicintainya adalah Syna yang dia tolak dulu. “Dan aku sukses juga karena kamu Riko, makanya dari itu, saat ini aku mau mengucapkan terima kasih untukmu.”lanjut Syna. Penyesalan melanda Riko karena dia telah membiarkan mutiara itu pergi dan saat mutiara itu datang kembali, waktu dan suasana yang tak tepat. Namun Riko senang karena meski dia sekarang menjadi bawahan cewek yang pernah dia tolak, dia bisa menjadi batu loncatan untuk sukses. Untuk beberapa menit, café ini seakan hening hingga Syna memutuskan untuk pamit masuk ruangan. Dan inilah akhir pertemuan Riko dengan Syna karena setelah itu, Syna tidak berangkat kerja dan hanya monitoring dari rumahnya saja.
***
Seminggu sudah Syna tidak datang ke café. Dan saat datang ke cafepun, Syna hanya mengenakan kaos biasa bukan kemeja selayaknya akan pergi bekerja. Dia langsung duduk di meja nomor 7 dan memesan orange juice. “Aku masih bingung dengan keputusan yang akan aku ambil. Meski Riko pernah mengecewakanku, aku masih mempunyai sedikit rasa. Tapi aku tidak boleh menunggu terlalu lama untuk sesuatu yang pasti.”pikir Syna yang selalu berputar pada topik yang sama. Dari kejauhan, tampak Kevin deng kemeja rapinya dan bucket bunga yang mirip dengan yang lalu di tangannya. Saat sampai di depan Syna dan duduk di depannya, tiba-tiba jantung Syna berdegub kencang bahkan sangat kencang sedahsyat gempa-gempa yang melanda Indonesia. “Bagaimana keputusanmu? Apapu yang akan kau sampaikan padaku adalah awal dari kehidupan baruku.”ucap Kevin yang sudah tidak sabar dengan jawaban yang akan disampaikan Syna. “Mmmm,,,Demi Allah yang menjadi Tuhanku selama ini, aku menerimamu untuk menjadi calon imamku.”jawab Syna dengan lembut. Kata-kata itu membuat Kevin sangat bergembira. “Besuk aku akan ke rumahmu untuk melaksanakan lamaran. Kamu tidak usah menyiapkan apapun karena biar wedding organizer yang mengurusnya.”jawab Kevin. Jawaban Syna hanyalah anggukan kepala namun hal itu membuat Kevin lega.
Keputusan Syna itu awal dari kehidupan barunya sekaligus akhir dari masa lalunya bersama Riko. Namun sekaligus awal penyesalan bagi Riko yang mengetahui ternyata 2 bulan lagi adalah pernikahan Syna dan Kevin. Misteri hidup ini juga seperti lukisan yang abstrak hingga tak semua orang tau arti dari kehidupannya sendiri. Seperti halya apa yang sedang terjadi pada Kevin, Syna, dan Riko. Pilihan Syna telah mengubah jalan hidupnya dan membuat dia lebih bahagia dan tenang menjalani hidup tanpa bayang-bayang Riko lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar