Kamis, 25 Februari 2010

phobia

SMA bintang, tepatnya sekelas dengan anak-anak de rainbow, ada anak baru namanya Vian meski namanya kayak cowok, namun dia cewek. Over all, dia seperti anak SMA biasa. Tapi, ternyata dia lebih menyukai kesendirian. Setiap istirahat, dia selalu berada di kelas dan sendirian pula. Di kantin, de rainbow sedang bercanda namun tiba-tiba, Bebi memulai menggosip.
“Loe pada curiga gak sih dengan anak baru itu? Aneh banget, pas aku sapa dia sama sekali gak bales. Jadi dongkol nih.” Cerita bebi bikin yang lain mikir.“Bener tuh, sok banget dia. Emang dia hidup sendiri apa” Chacha nyeletuk dengan marahnya yang gak terima kalo dia dicuekin.“Mungkin dia belum terbiasa dengan teman-teman yang seCare kita.” Jawaban bijak dari Tasya.“Care?”seru Bebi, Chacha,Helen
“Kaleee.”jawab tasya dengan senyum manisnya.“Tapi, menurut buku yang gue baca, orang kayak Vian itu punya kelainan dalam bersosialnya. Mungkin saja, dia punya trauma tentang kehidupan sosial. Atau” Kata Helen yang selalu berargument dari hasil bacaannya. Belum selesai helen menyelesaikan pembahasannya, tiba-tiba Indra datang terus nyeletuk. “ei, ku tadi ketemu orang aneh. Dia sendirian lagi nulis sesuatu di kertas trus bikin-bikin origami yang ku heran, semua warna yang ia gunakan sama semua, Hitam”
“Ini aja kita baru ngomongin dia in, udah deh jangan ikut-ikutan gosip. Ladies Only tau..”Tasya memperingati indra.“Iya deh. Tapi” belum selesai indra ngomong, tiba-tiba berhenti karena tasya mulai memasang muka juteknya.“Gimana kalo kita selidiki, kenapa dia seperti itu.” Usul Chacha.“Boleh juga, dah lama kan kita gak jadi detektif lagi.” Setuju Indra.“OK, kita mulai nanti pulang sekolah.”
***
Sepulang sekolah, de rainbow memulai aksinya, Mereka bagi-bagi tugas karena mereka juga mesti jagain café juga. Sore ini, tugas Chacha dan Helen yang menyelidiki Vian. Mereka berdua ngikutin Vian sampai rumahnya. Dan ternyata, dia di rumah tinggal sendirian di rumah yang terbilang mewah. “teryata orang aneh itu kaya juga, tapi kenapa dia ke sekolah Cuma naik sepeda? Emang di rumah segede ini gak da sopir apa,” celetuk Chacha sebel. “Husss, gak boleh gitu dunk cha, mungkin ja, dia punya alasan sendiri naik sepeda.”jawab Helen yang mulai sedikit kagum dengan Vian yang gak tergantung dengan segala macam fasilitas yang ia miliki.
***
Sementara itu, Indra, tasya n bebi dapat tugas jaga café. Eh ternyata, bebi malah izin gak bisa ikut jaga café karena ada janji sama virgo buat nemenin virgo balapan. Maka tinggal Indra dan tasya yang ada di café, mereka berdua mulai bereksperimen membuat menu baru untuk café TJS. Saat tasya mau motong sayur, gak sengaja tangannya kena pisau. “aduh”celetuk tasya reflek. “Ada apa? Ya ampun sya, tanganmu. Bentar ya.”kata indra yang rada shock karena indra memang fobia sama darah. Namun demi tasya, dia rela gak pingsan meski udah rada pucet liat luka tasya. Dengan cepat indra mengambil tisu dan menyeka luka di jari tasya dengan romatis. Tiba-tiba
Gubrakkkkkk. Ternyata, indra pingsan setelah selesai membersihkan luka tasya. Giliran tasya yang kaget dan bingun harus gimana. “In,in,bangun dunk…” tasya mencoba menyadarkan indra. Tapi Nihil. Indra gak bangun meski tasya sudah menepuk-nepuk pipi indra sedikit keras. Akhirnya tasya minta bantuan orang buat bawa indra ke kamar dan tasya menelpon dokter buat datang. Selain itu, tasya juga nelpon anak-anak de rainbow yang lain.
***
“O my GODS, iin, sya kamu apain iin kok bisa pingsan gini.”Celetuk bebi yang panik. “tadi dia membantu menyeka lukaku kena pisau. Habis itu pingsan.”jawab tasya. “Emang kamu gak tau kalo iin itu fobia sama darah?”tanya chacha yang heran. “Aku tau cha, tapi kukira dia sudah sembuh, karena dia nggak langsung pingsan, aku dah seneng dia bisa sembuh tapi ternyata dia belum sembuh dari fobia itu.”jawab tasya dari pertanyaan chacha. Tiba-tiba indra sadar. “aku kenapa? Tasya mana? Sya dah diobati lukamu? Coba liat sebentar.”Tanya indra. Tasya tidak langsung melihatkan lukanya, bahkan dia tutupi. “Udah kok in, tenang ja.” Jawab tasya. “Makasih ya sya”kata indra. “Makasih kenapa? Justru aku mau minta maaf karena aku dah bikin kamu pingsan kayak gini.”jawab tasya. “Karena kamu aku bisa mengalahkan fobiaku dengan darah dan itu awal dari kesembuhanku.”indra mencoba menjelaskan sambil memegang tangan tasya. “Ciecie….”celetuk helen, bebi, dan chacha. “O ceritanya sebuah pengorbanan nih in,”kata chacha. “O ya, gimana cha, len, dapat info apa tentang Vian?”tanya indra yang kembali tampak sehat. “Kita dapat alamat rumahnya. Dan anehnya, ternyata dia anak orang kaya. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang, kenapa dia sama sekali tidak kelihatan seperti orang kaya.”jelas helen. “Bahkan keliahatan seperti orang miskin len.’celetuk bebi. “Hussss, makanya jangan ngeliat orang dari penampilan dan perilakunya.”jelas helen kepada bebi.
“Aku malah bangga dan salut sama Vian, dia gak sama sekali tergantung sama oranng tua.”kata tasya. “iya, kayak kamu sya.”Celetuk indra yang mulai menggombal. “Uh, jadi kangen virgo.”kata bebi yang mulai lebai. “udah,,,,besuk giliran tasya sama bebi mencari info.”Ujar chacha yang mulai menghandel proyek detektif-detektifan ini. “OK bos!”seru bebi dan tasya berbarengan. “Trus aku kapan?”tanya indra. “kamu bantu aku cari info dari tetangga Vian.”jelas chacha. “Yah, kapan aku sama tasya?”sesal indra. “bodo!”jawab singkat chacha. Lalu de rainbow girl keluar kamar ninggalin indra biar istirahat.
***
Paginya, di SMA Bintang, Tasya dan bebi memulai jobnya. Mereka masuk ke dalam ruang kelas saat tidak ada satupun orang di kelas. Mereka mencari info dari berbagai benda aneh yang ada di atas meja Vian. Mereka menemukan buku warna hitam dengan gembok yang melekat. Itu pertanda bahwa buku itu sangat penting sehingga hanya Vian yang bisa membukanya. Lalu mereka keluar dari kelas. Namun di depan pintu kelas, mereka berpapasan dengan Vian. Bebi mencoba tersenyum namun tetap saja dia acuh. Maka dengan segera mulut bebi manyun sambil ngliat tasya. Tasya hanya tersenyum. Sementara itu, sorenya, chacha dan indra menyamar jadi pencari sumbangan di rumah Vian. Disana, mereka tidak menemukan orang lain selain Vian dan pembantu-pembantunya. Setelah selesai meminta sumbangan, chacha mencoba mencari info dari satpam rumah tersebut. Ternyata, Vian adalah yatim piatu dari konglomerat. Dia anak yang susah untuk bersosialisasi karena dia sering tertipu dengan teman-temannya yang baik karena dia kaya.
***
Esok berikutnya, de rainbow membahas hal yang sama di kantin. “Bagaimana hasil kemaren sya. Beb?”tanya chacha. “Kita dapat ini, sudah kubaca sebagian. Ternyata, dia fobia dengan teman. Ampun deh, masih ada orang yang bisa hidup tanpa teman.”kata bebi. “O gitu, jadi bener kata satpam di rumahnya juga kayak gitu. Kasian jiuga anak itu.”kata chacha yang mulai simpati dengan Vian karena chacha merasa, dia saja yang hanya tinggal bersama ibu dan kakaknya kesepian apalagi dia. “Trus, kita harus ngapain sekarang?”tanya tasya. “Kita harus sembuhin Vian dari fobianya karena itu akan menjadi penyakit jiwa. Caranya seperti saat fobia indra sembuh.”jelas helen. “Kok jadi gue yang jadi sasaran. Iya deh, mentang-mentang gue dah sembuh.”elak indra. “Ok len. Kita mulai istirahat kedua nanti.”chacha mengambil kesimpulan.
***
Bel istirahat mendering ke seluruh penjuru kelas di SMA Bintang. Seperti anak ayam yang dipanggil induknya, seluruh penghuni kelas keluar dari ruangan. Namun di kelas de rainbow, anak – anak de rainbow mendekati Vian yang duduk sambil mengotak-atik kertas lipatnya. “Vi, mau gak kamu jadi teman kami?”tanya tasya dengan lembut. Namun tak ada jawaban dari vian. “Vi, kami tau kamu gak suka berteman, dan kami hanya ingin membantumu keluar dari masalahmu.”celetuk helen. “Nanti kau gila lho Vi.” Bebi mulai lebai. “OK kalau kamu gak mau. Kita gak maksa.”kata chacha yang kesal dengan sikap Vian yang cuek itu. Mereka ber4 pergi menjauh namun tiba-tiba terdengar suara tangisan. Mereka berbalik, dan melihat Vian nangis. “Ada apa vi, cerita aja, kami bakal bantu kamu.”Kata tasya. “Aku…..aku….aku hanya butuh teman seperti kalian. Yang solid bahkan kalian memperhatikanku yang bukan salah satu sahabat kalian. Aku memang taku, bahakan sangat takut dengan hubungan pertemanan. Aku takut hanya dimanfaatkan seperti temanku yang dulu yang maunya ikut senangnya saja.”Jelas Vian sambil sesenggukan.
“Teman itu bisa dicari, tapi semua itu proses bukan sebuah keajaiban yang datang seperti yang kita inginkan. Kita bisa solid seperti ini karena kita dulu juga pernah mempunyai teman yang memag tak cocok degan kita. Dan dari sosialisasi itu, kami bisa bertemu dan bersahabat.”jelas tasya. “Jadi angggaplah kita teman pertamamu di SMA ini. Jika nantinya kamu menemukan teman yang lebih cocok denganmu itu adalah proses. Jadi jangan takut lagi ya.”kata bebi. Lalu mereka ber5 berpelukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar